Sabtu, 25 Januari 2025 07:17 WIB
427
|-
SEKOLAH Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Riung Barat, Kabupaten Ngada mewajibkan siswa untuk membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) di sekolah tersebut. Dikeluarkannya kebijakan KTI ini merupakan salah satu strategi sekolah dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.
Kegiatan ujian KTI bertempat di Aula SMA Negeri 1 Riung Barat dimulai dari tanggal (23/1) yang diikuti oleh seluruh siswa-siswi kelas XII sebagai salah satu syarat kelulusan dan sudah berjalan selama dua tahun terakhir
Kepala SMA Negeri 1 Riung Barat, Heribertus Lungi, S.Pd, M.Pd, ditemui di Ruang Kerjanya, Jumat (24/1), mengatakan, tujuan membuat KTI adalah agar siswa Kelas XII diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah sebagai bekal mereka dalam memasuki dunia perguruan tinggi.
Heribertus mengatakan, dengan adanya KTI, siswa juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis, mendorong mereka agar membaca lebih banyak referensi, dan mengasah keterampilan presentasi sehingga dengan demikian rasa percaya diri mereka akan lebih terbentuk dengan baik.
Selain itu, katanya, KTI juga telah ditetapkan sebagai salah syarat Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan SMAN 1 Riung Barat.
“Sebagai kepala sekolah tentu secara terus-menerus mendorong dan mengawasi pelaksanaan program terkait budaya literasi ini dengan membangun kolaborasi yang baik dengan rekan guru dan pegawai, merefleksi dan mengevaluasi secara berkala kemajuan program ini,” katanya.
Menurut Heribertus, dalam tiga tahun terakhir sekolah selalu mengadakan Workshop terkait KTI dan Jurnalistik di sekolah bagi guru dan siswa dengan melibatkan Perguruan Tinggi terdekat dan para pegiat literasi. Selain itu, katanya, pihak sekolah membuat kesepakatan bersama agar baik siswa maupun guru membuat Jurnal literasi pribadi setiap semester sebagai hasil dari program Literasi 15 menit setiap pagi hari sebelum memulai pembelajaran.
Dikatakan Heribetus, tantangan yang paling dirasakan adalah ketersediaan sarana penunjang seperti buku-buku literatur yang masih terbatas. Upaya pemenuhan melalui referensi digital/online juga terkendala kemampuan orang tua menyediakan sarana digital karena rata-rata siswa berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Ia mengatakan, program KTI ini telah memberi dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari rapor pendidik SMA Negeri 1 Riung Barat yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama capaian pada indikator literasi dan numerasi.
Ia berharap program KTI ini terus berjalan dengan lebih baik tidak hanya sebagai syarat kelulusan siswa kelas XII saja, tetapi lebih dari itu dapat menghasilkan karya-karya inovativ siswa dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Salah satu siswa kelas XII, Amelia Ema, menyampaikan
perasaannya setelah mengikuti ujian KTI, senang dan puas dengan karya yang dibuatnya sendiri walaupun tidak sebagus karya teman lain. Ia merasa merdeka dengan dirinya sendiri, karena tidak merasa beban lagi dengan KTI.
Ia menyampaikan tantangan selama menyelesaikan tugas KTI, yakni susah untuk merangkum menjadi sebuah kalimat yang baku, merasa bingung saat melakukan penelitian, dan terkadang merasa bosan dan jenuh saat berhadapan dengan buku dan komputer.
Sementara guru pembimbing KTI, Rosalia Dalima Intan, S.Pd, mengatakan, dirinya memiliki strategi dalam membimbing siswa menyelesaikan KTI yang berkualitas.
“Strategi saya dalam membimbing siswa menyelesaikan KTI yang berkualitas adalah memberi ruang kepada siswa untuk menentukan judul karya tulisnya. Selanjutnya, memberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan judul yang diangkatnya, seperti alasan siswa mengangkat judul itu,” katanya.
Menurutnya, komunikasi yang rutin akan sangat membantu siswa dalam pemahaman terhadap masalah yang akan diangkat dalam karya tulisnya. Sebagai pembimbing, ia memberi atau menunjukkan alur pemikiran /penulisan KTI serta menunjukkan contoh karya tulis lain. Kemudian mendorong siswa untuk membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan judulnya ( buku atau jurnal ilmiah )
Rosalia juga mengatakan, banyak tantangan yang sering dihadapi saat membimbing siswa dalam penulisan KTI, terutama minimnya pengetahuan siswa tentang karya tulis ilmiah yang menyebabkan mereka enggan atau takut berkomonikasi dengan pembimbing.
Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa KTI yang dibuat ilmiah dengan memastikan bahwa infomasi yang digunakan berasal dari sumber yang valid, seperti buku- buku referensi yang digunakan sebagai sumber teori , jurnal-jurnal resmi, website dan lain-lain. (meyna)